Selasa, 26 Mei 2009

Enam Tahun Tak Henti Beradaptasi

Enam tahun sudah kami bersama. Cinta yang dulu menggebu, sekarang sudah berubah menjadi kasih sayang yang tak terkatakan, namun hanya bisa dirasakan. Kadang masih suka senyum-senyum sendiri mengingat masa PDKT yang luar biasa manis dan romantis (untungnya saya selalu rasional, jadi tak terbawa perasaan). Memilih pasangan hidup, sama dengan berjudi. Sekarang manis, belum tentu esok (setelah menikah) tetap seperti itu. Ini pun kami rasakan.

Dua tahun pertama pernikahan, tak terhitung berapa kali dalam seminggu kami bertengkar. Empat tahun, walau masih sering bertengkar, tapi sudah mulai berkurang frekuensinya. Ah....pernikahan memang isinya hanya beradaptasi dan berkorban. Komunikasi ? hmmmmm.....kadang-kadang malah memperburuk keadaan.

Walau baru enam tahun, saya percaya bahwa adaptasi dan pengorbanan itu akan tetap berlaku dalam pernikahan. Selain juga harus tetap memupuk cinta, agar ia tetap tumbuh subur dan tidak mati karena layu. Kalau hanya cemberut karena kesal dan jengkel dengan pasangan, itu sih biasa. Kadang-kadang malah mengutuk-utuk pasangan dengan sumpah serapah dalam hati. Tapi.....seringkali saya sadar, aduh....kalau besok Tuhan menginginkan salah satu dari kami dipanggil olehNYA, apakah saya siap dengan kenyataan itu? Karenanya, saya berusaha untuk selalu menjaga dan berpikir, bahwa mungkin tidak ada kata 'besok' untuk kami. Dengan begitu, kami akan berusaha mencintai dan mengingat segala kebaikan pasangan.

Intinya, Tuhan memang tidak pernah salah memilihkan pasangan. Bahkan mencarikan jalan pertemuan pada kita, dulu sekali. Jadi, kalau ada pernikahan tidak berhasil, menurut kami, sebenarnya yang salah adalah manusianya. Sebal juga mendengar kata teman yang selalu bilang,"ah...memang sudah takdir....". Lha, takdir kan tetap harus ada usaha juga.